Sekolah dasar negeri yang sederhana ini mencoba menyalakan api kecil perubahan melalui gerakan “Manuntung 7 KAIH Sedalas”. Program ini bukan sekadar aktivitas tambahan di sekolah, melainkan upaya menanamkan karakter dan kebiasaan baik pada anak-anak, berlandaskan nilai kearifan lokal Balikpapan. Harapannya, langkah-langkah kecil ini akan berdampak besar dalam membentuk generasi emas Indonesia di masa depan.

Segalanya bermula dari keresahan. Hasil Rapor Pendidikan tahun 2024 menunjukkan bahwa indikator karakter masih perlu diperkuat. Para guru di SDN 011 menyadari banyak murid yang belum memahami pentingnya kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter, menurut mereka, tidak cukup hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus dihidupkan dalam praktik nyata.
Keresahan itu menemukan jawaban ketika Kemendikdasmen meluncurkan gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH) pada Desember 2024. Dari sinilah lahir program Manuntung 7 KAIH Sedalas, singkatan dari Mulai Aksi Nyata untuk Gerakan 7 Kebiasaan AnakIndonesia Hebat Sekolah Dasar Sebelas. Kata “Manuntung” sendiri diambil dari lambang Kota Balikpapan, yang bermakna tabah sampai akhir. Filosofi ini menjadi napas program, menekankan ketabahan dan ketangguhan untuk menumbuhkan kebiasaan baik pada setiap murid.

Gerakan ini dimulai dengan sosialisasi kepada orang tua dan wali murid. Kepala sekolah dan guru menjelaskan pentingnya 7 KAIH, sekaligus peran keluarga dalam mendukung anak-anak menerapkannya. Nilai-nilai 7 KAIH, mereka jelaskan, tidak berhenti di gerbang sekolah; dukungan orang tua menjadi kunci agar karakter anak benar-benar tumbuh.
Sementara itu, sosialisasi untuk murid diadakan dengan cara yang menyenangkan. Tidak ada ceramah panjang; guru mengenalkan 7 KAIH melalui cerita, permainan, dan pengalaman langsung. Murid bermain interaktif dengan aplikasi Wordwall, memahami bahwa menjadi anak hebat bukan sekadar meraih nilai tinggi, tetapi melakukan kebiasaan kecil secara konsisten: bangun pagi, beribadah, hidup sehat, peduli lingkungan, disiplin, dan berbuat baik kepada sesama.
Setiap pagi dimulai dengan kegiatan Pagi Ceria: menyanyikan lagu Indonesia Raya, senam anak Indonesia hebat, dan doa bersama. Dalam permainan “Petualangan Kebajikan”, murid melempar dadu untuk mendapat tantangan kecil—membersihkan meja, mengucapkan salam, berterima kasih, atau meminta maaf. Lewat permainan ini, mereka belajar bahwa kebaikan kecil yang dilakukan rutin akan menumbuhkan keteladanan.
Pembiasaan lain juga diterapkan secara konsisten, seperti membaca Asmaul Husna, salat dhuha setiap Jumat, sarapan sehat bersama, senam setiap Sabtu, dan Gerakan Sekolah Bersih. Semua kegiatan ini menyatu dalam program Manuntung 7 KAIH Sedalas yang menekankan karakter dan spiritualitas.
Inovasi semakin diperkuat dengan berbagai media kreatif. Permainan Kartu 7 KAIH mengajarkan setiap kebiasaan dengan cara interaktif dan menyenangkan. Ada pula “Bekesah”, sebuah permainan yang menggabungkan numerasi dan cerita pengalaman murid dalam menerapkan 7 KAIH. Anak-anak belajar logika, bekerja sama, dan menceritakan pengalaman mereka menerapkan kebiasaan baik sehari-hari.

Jurnal Digital 7 KAIH menjadi fitur yang menarik. Melalui Google Sites, murid mencatat aktivitas harian mereka, mulai dari bangun pagi hingga kebaikan yang dilakukan sepanjang hari. Guru memantau dan memberi umpan balik, menekankan konsistensi dan kejujuran, bukan benar-salah. Setiap catatan menjadi bukti nyata bahwa karakter bisa tumbuh dari hal-hal kecil, meski dilakukan di era digital.
Apresiasi juga diberikan kepada murid yang konsisten. Mereka yang mengisi jurnal lebih dari 21 hari dalam sebulan diberi predikat “Sahabat G7KAIH Sedalas”. Selain sebagai pengakuan, apresiasi ini memotivasi anak-anak untuk saling mengingatkan dan mencontohkan kebiasaan baik, menciptakan ekosistem karakter di sekolah.

Keberhasilan program ini tidak lepas dari kolaborasi dengan orang tua. Setiap tiga bulan, guru mengadakan forum refleksi bersama orang tua dan murid untuk menilai perkembangan karakter anak. Seorang wali murid mengungkapkan, “Dulu anak saya susah bangun pagi, sekarang ia berlatih bangun sebelum pukul enam pagi.”
Sejak dimulai pada Januari 2025, perubahan mulai terlihat. Murid datang tepat waktu, menunjukkan rasa peduli pada lingkungan, dan belajar secara kolaboratif. Sekolah lain bahkan tertarik menerapkan permainan 7 KAIH. Program ini telah menjadi gerakan kecil yang menular, menumbuhkan harapan bahwa kebiasaan baik dapat menjadi budaya.
Manuntung 7 KAIH Sedalas adalah gerakan yang berakar pada nilai lokal, menghidupkan semangat 7 KAIH dengan cara kontekstual, kolaboratif, dan berkelanjutan. Di balik setiap jurnal digital, permainan, dan tepuk tangan apresiasi, tumbuh benih karakter yang kelak akan menjadi fondasi generasi Indonesia Emas 2045. Dari SDN 011 Balikpapan Tengah, semangat ini terus menyebar, menginspirasi anak-anak di seluruh Indonesia untuk tumbuh menjadi generasi sehat, cerdas, dan berkarakter, dengan ketabahan hingga akhir.
Penulis: Abdul Rahmat, S.Pd

