Ketika Harmoni Digital dan Kearifan Lokal Membentuk Kebiasaan Siswa Hebat di Denpasar

Di tengah keriuhan, Putu Dhira, siswa kelas VI, menekan layar gawai kecilnya, memeriksa aktivitas harian yang tercatat di aplikasi 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat versi digital.

 

“Sekarang saya lebih semangat bangun pagi. Kalau lupa olahraga, aplikasi langsung kasih pengingat. Saya senang kalau semua kebiasaan saya lengkap dan dapat bintang dari guru dan orang tua,” ujarnya sambil tersenyum.

 

Kata-kata Putu Dhira menandai transformasi pendidikan di Denpasar. Gawai bukan lagi hanya hiburan, bahkan ancaman. Sebaiknya dia adalah sarana untuk menumbuhkan karakter positif anak-anak, ketika di banyak tempat gawai sangat menantang kesabaran para guru.

Bagaimana pun teknologi memudahkan anak mengakses informasi. Tetapi kemudahan itu pula yang membuat mereka cepat bosan, mudah terdistraksi, dan kadang kehilangan fokus. Gejala kurang empati, menurunnya rasa tanggung jawab, serta perilaku negatif di ruang maya menjadi hal yang kerap diperbincangkan dalam rapat guru maupun di ruang kelas.

 

Namun, Alih-alih menjauhkan anak dari gawai, Kota Denpasar memanfaatkan teknologi sebagai pendamping pembiasaan baik melalui program 7 KAIH versi Digital. Program aplikasi ini berakar pada filosofi Wasudewa Kutumbaka, yang mengingatkan bahwa setiap anak adalah bagian dari komunitas yang saling mendukung.

 

Sejak aplikasi diperkenalkan, suasana sekolah berubah. Anak-anak datang lebih pagi, menyapa guru dengan senyum lebar, mengikuti doa pagi dan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing. Lapangan sekolah menjadi tempat senam bersama, diiringi suara guru yang memimpin gerakan dan tawa anak-anak yang bersahutan. Di kantin, jajanan sehat menggantikan camilan instan, dengan guru dan staf sekolah ikut memantau pilihan makanan anak. Ruang baca dan perpustakaan ramah anak menjadi tempat favorit, di mana mereka bisa mengeksplorasi rasa ingin tahu melalui buku dan media digital. Layar gawai menjadi pengingat sekaligus catatan harian, menampilkan tugas-tugas kecil yang membantu menumbuhkan kedisiplinan dan tanggung jawab.

 

Lomba Kolosal 7 KAIH Versi Digital

Momentum baru hadir dengan penyelenggaraan Lomba Kolosal 7 KAIH Versi Digital. Di Kota Denpasar sebagai pioner, puluhan ribu murid SD dan SMP terlibat. Aplikasi Speed.ID 7 Kebiasaan, hasil kolaborasi Bamboomedia (SpeedID) dan Smartfren (XLSmart) memungkinkan anak-anak mengikuti tantangan harian berbasis SpeedTask.

 

Setiap aktivitas tercatat otomatis di cloud dan dapat dipantau guru serta orang tua. Tampilan aplikasi menyerupai media sosial, lengkap dengan reminder bersuara, poin, dan bintang sebagai apresiasi bagi anak yang menyelesaikan kebiasaan baiknya. “Selama 14 hari nonstop, anakanak menunjukkan bahwa teknologi bukan musuh pendidikan, melainkan sahabat yang menuntun mereka pada disiplin dan tanggung jawab,” ujar Putu Sudiarta, pendiri SpeedID.

 

Selama uji coba empat minggu, tercatat 110.549 akses dengan 12.409 pengguna, baik murid maupun guru. Laporan kebiasaan yang diunggah mencapai 83.313, sementara monitoring guru dan murid masing-masing mencapai 17.724 dan 37.318 tampilan. Pada implementasi penuh pada triwulan ketiga 2025, tercatat 243.844 aktivitas digital dengan 17.458 murid dan guru dari 118 sekolah terlibat. Lebih dari 87.835 laporan dikirim ke guru, dan 114.000 entri tersambung ke orang tua. Angka-angka ini menunjukkan bahwa kebiasaan positif bisa menjadi budaya bila didukung sistem digital yang tepat.

 

Kepala SMP PGRI 2 Denpasar, Ayu Sri Wahyuni, S.Pd., M.Pd., mengamati dampak positif ini dari sisi guru. Orang tua, di sisi lain, memantau laporan digital, memberi dorongan, dan ikut merayakan setiap bintang yang diperoleh anak-anak mereka.

 

“Aplikasi ini membantu anak-anak lebih disiplin dan bertanggung jawab. Sekolah, orang tua, dan anak bergerak dalam semangat yang sama. Tidak ada lagi kebiasaan baik yang luput dari pengawasan, tetapi tetap membuat mereka merasa senang dan termotivasi,” ujarnya.

 

Menumbuhkan Kebiasaan Secara Bertahap

Program ini tidak muncul secara instan. Disdikpora Kota Denpasar menyiapkan strategi selama enam bulan untuk memastikan kebiasaan tumbuh secara bertahap. Tahap awal dimulai dengan sosialisasi dan pelatihan guru, murid, serta orang tua untuk memahami sistem Speed.ID. Anak-anak kemudian memulai pembiasaan harian melalui SpeedTask, dengan guru memantau progress secara digital dan orang tua menerima laporan mingguan. Evaluasi berkala dilakukan untuk menambah elemen gamifikasi dan apresiasi, sehingga murid termotivasi untuk konsisten. Sinergi dengan kegiatan sekolah seperti olahraga pagi, doa bersama, dan literasi digital memperkuat kebiasaan ini menjadi bagian dari budaya sekolah.

 

Pendampingan berkelanjutan menjadi kunci agar program tidak berhenti sebagai kegiatan sesaat. Pengawas sekolah memantau laporan digital, guru memberikan umpan balik langsung, dan sekolah menyediakan kelas reflektif karakter serta pojok kebiasaan baik. Drs. Anak Agung Gede Wiratama, Kepala Disdikpora Kota Denpasar, menegaskan bahwa tujuan program adalah menanamkan nilai karakter yang perlu dirawat setiap hari.

 

Di lapangan, perubahan terasa nyata. Anak-anak datang lebih awal, tersenyum saat senam pagi, memilih jajanan sehat, membaca buku di ruang baca, dan mencatat kebiasaan mereka di aplikasi. Setiap bintang yang mereka dapatkan menjadi sumber kebanggaan dan motivasi untuk hari berikutnya. Putu Dhira menutup ceritanya sambil tertawa, “Kalau semua kebiasaan saya lengkap, rasanya seperti menang lomba setiap hari.”

 

Kota Denpasar adalah bukti budaya baru berupa teknologi dan nilai tradisi bisa berjalan beriringan. Program 7 KAIH versi Digital tidak hanya membentuk disiplin dan karakter anak-anak, tetapi juga menjadi warisan inspiratif bagi seluruh Indonesia. 

Penulis: I Ketut Budiarsa, S.Pd., M.Pd.

wpChatIcon
wpChatIcon