Sebagian orang masih melihat sekolah sebagai tempat mengejar nilai rapor dan ijazah. Pandangan ini membuat peran sekolah tampak sempit, seolah hanya ruang belajar formal yang diukur dari angka.
Padahal, sekolah memegang fungsi jauh lebih besar: membentuk manusia menjadi pribadi yang lebih baik, menemukan potensi diri, dan menumbuhkan inspirasi bagi lingkungan sekitarnya. Setiap anak membawa kemampuan yang bisa berkembang, tetapi kemampuan itu tidak tumbuh begitu saja tanpa pembiasaan yang tepat. Di sinilah sekolah hadir sebagai ruang yang menuntun siswa melalui langkah-langkah kecil yang konsisten.

Arus perubahan zaman berjalan cepat dan kerap tak terduga. Dalam situasi seperti ini, kebiasaan sederhana dapat menjadi penopang agar siswa tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan hidup. Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH) dirancang sebagai pengingat bahwa perubahan besar selalu lahir dari tindakan kecil yang dilakukan setiap hari. Kebiasaan-kebiasaan itu membentuk karakter, menjadi cermin bagi diri mereka, dan bertahan lama hanya jika lahir dari kesadaran, bukan sekadar kepatuhan pada aturan.
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa pendidikan bertugas membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya agar tumbuh menjadi insan beriman, bertakwa, berakhlak mulia, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan bukan hanya kumpulan teori, tetapi proses membentuk manusia seutuhnya.
Dunia yang terus berubah menuntut kemampuan beradaptasi, berpikir kreatif, dan memiliki daya tahan mental. Banyak pekerjaan yang dulu dibutuhkan kini hilang karena perkembangan teknologi, sementara profesi baru terus bermunculan. Agar mampu bertahan, siswa perlu strategi belajar yang menumbuhkan karakter kuat. Pembiasaan sehari-hari menjadi salah satu cara yang realistis dan mudah diterapkan, asalkan dilakukan dengan kesungguhan.
Kebiasaan yang tumbuh dari kesadaran pribadi akan bertahan jauh lebih lama dibandingkan motivasi yang muncul karena takut hukuman atau sekadar ingin menyenangkan guru. Sebagian siswa mungkin melakukan sesuatu karena diawasi, namun berhenti saat tidak ada pengawas di dekatnya. Ketika kebiasaan itu berubah menjadi kebutuhan diri, barulah ia menjadi bagian dari karakter. Itulah sebabnya keberhasilan gerakan pembiasaan menuntut keterlibatan seluruh warga sekolah, keluarga, dan masyarakat.
SMA Swasta Bintang Timur 1 Balige menerapkan 7KAIH melalui pola mingguan yang teratur. Setiap minggu memiliki fokus kebiasaan yang berbeda. Pada minggu pertama, siswa mengikuti morning challenge untuk membiasakan diri bangun pagi dan hadir lebih awal di sekolah. Mereka mengirimkan foto ke grup kelas, lalu beberapa siswa berbagi pengalaman tentang manfaat datang lebih awal. Minggu berikutnya diisi kegiatan beribadah: berdoa sebelum dan sesudah aktivitas, mengikuti ibadah dengan sungguh-sungguh, dan menceritakan pengalaman pribadi mengenai makna ibadah.
Minggu ketiga berfokus pada kegemaran belajar. Siswa berpasangan untuk saling mengajarkan satu konsep pelajaran yang mereka kuasai, kemudian beberapa siswa maju menjelaskan topik yang baru mereka dapatkan dari pasangannya. Setelah itu, mereka memasuki minggu bertema makanan sehat dan bergizi. Melalui kegiatan food day, siswa membawa bekal dari rumah, menjelaskan menunya, lalu melakukan voting untuk memilih bekal paling sehat. Bekal itu kemudian dibagi antar kelompok sebagai bentuk apresiasi.

Kebiasaan tidur teratur menjadi tema minggu berikutnya. Tantangan “No Begadang” mendorong siswa mencatat jam tidur dan membuat video singkat tentang manfaat tidur cukup. Video itu diunggah ke media sosial mereka dan beberapa ditampilkan kembali di kelas. Gerakan kebaikan kecil di masyarakat hadir pada minggu setelahnya, di mana siswa diminta melakukan setidaknya satu tindakan baik setiap hari. Pada minggu terakhir, mereka menjalankan tantangan olahraga dengan menghitung langkah terbanyak menggunakan aplikasi pedometer seperti Google Fit atau Samsung Health.
Rangkaian kegiatan ini tidak dapat berhasil tanpa dukungan keluarga. Orang tua membantu menyiapkan bekal sehat, mengawasi penggunaan gawai pada malam hari, dan memastikan anak memiliki waktu tidur yang cukup. Masyarakat sekitar sekolah juga menjadi bagian penting, misalnya pedagang yang membuka toko tepat waktu dapat menjadi contoh tentang disiplin. Sementara itu, media sosial sekolah menjadi ruang berbagi inspirasi agar gerakan ini dapat dirasakan lebih luas.
Dampak dari pembiasaan ini terlihat dalam keseharian siswa. Mereka lebih disiplin, lebih segar secara fisik, dan lebih bersemangat belajar. Suasana sekolah terasa lebih hidup, dan guru pun merasakan energi positif yang sama. Orang tua dan masyarakat tidak lagi berada di posisi pasif; mereka ikut terlibat dan merasakan manfaat gerakan ini. Perubahan yang terjadi memperlihatkan bahwa karakter, kesehatan, dan prestasi dapat berjalan bersama bila seluruh ekosistem pendidikan bergerak dalam arah yang sama.
Pendidikan sejatinya bukan perkara nilai ujian semata. Pendidikan adalah upaya menumbuhkan manusia yang utuh— cerdas, sehat, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan hidup. Gerakan kebiasaan baik di sekolah membuktikan bahwa tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten dan dijalankan bersama-sama mampu menciptakan perubahan besar. Dari ruang kelas dan halaman SMA Swasta Bintang Timur 1 Balige itulah terlahir Gebrak yakni Generasi Emas yang Beraksi lewat Kebiasaan.

