Peserta didik yang minoritas berasal dari kabupaten singkil, alas, gayo, dan batak. Kabupaten singkil terletak di bagian selatan provinsi aceh, mayoritas bahasa daerah singkil menggunakan bahasa kade-kade.
SMA Negeri 3 Banda Aceh adalah sekolah tua yang didirikan pada tahun 1977. SMA ini terletak di pusat kota Banda Aceh beralamat di jalan T.Daud Berueuh Jambo Tape Kecamatan Kuta Alam, SMA Negeri 3 ini juga sekolah favorit yang sudah terkenal sejak dahulu karena ragam prestasi baik akademik dan non akademik yang telah diraih. Jumlah siswa sekitar 1.087 orang yang terdiri dari 30 rombel. Kelas X sebanyak 10 rombel, kelas XI sebanyak 10 rombel, dan kelas XII sebanyak 10 rombel.
Peserta didik SMA Negeri 3 Banda Aceh terdiri dari 60% peserta didik jalur zonasi, 25% jalur prestasi, 10% jalur kepindahan orang tua, dan 5% diantaranya adalah siswa afirmasi pendidikan menengah yang berasal dari kabupaten terluar dan terisolir yaitu kabupaten singkil. Sudah tahun ketiga peserta didik afirmasi bersekolah di SMA Negeri 3 Banda Aceh, hal ini berdasarkan kesepakatan dan kerjasama (Mou) antara Dinas Pendidikan dan SMA Negeri 3 Banda Aceh.
Hal menarik dari lingkungan sekolah adalah terdapat banyak perbedaan yang ditemukan seperti beda suku, ras, agama, budaya, bahasa, baju adat, dan makanan khas daerah masing-masing. Salah satu perbedaan yang mencolok di lingkungan sekolah adalah perbedaan bahasa yaitu bahasa Aceh digunakan oleh peserta didik yang berasal dari banda aceh, bahasa alas digunakan oleh anak-anak yang berasal dari kabupaten kutacane yang bersuku alas, bahasa gayo digunakan oleh anak-anak yang berasal dari Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Takengon, Kabupaten Bener Meriah, Bahasa Jame’ digunakan oleh anak-anak yang berasal dari kabupaten Aceh selatan, dan bahasa kade-kade digunakan oleh anak-anak yang berasal dari kabupaten singkil.
Sementara perbedaan budaya terdiri dari perbedaan pakaian adat, perbedaan makanan khas daerah, perbedaan tarian, dan perbedaan adat-istiadat. Hal ini menjadi warna tersendiri di lingkungan sekolah. Peserta didik yang minoritas berasal dari kabupaten singkil, alas, gayo, dan batak. Kabupaten singkil terletak di bagian selatan provinsi aceh, mayoritas bahasa daerah singkil menggunakan bahasa kade-kade. Peserta didik yang berasal dari kabupaten singkil ketika di lingkungan sekolah menggunakan bahasa daerah kade-kade dengan intonasi yang keras, sehingga dianggap aneh oleh siswa yang mayoritas menggunakan bahasa aceh. Hal ini memicu terjadinya konflik perselisihan bahasa. Siswa mayoritas berbahasa aceh menganggap bahasa kade-kade daerah singkil bahasa aneh, kasar, bersuara lantang, dan susah untuk dimengerti ketika pengucapannya. Bahasa daerah lain yang dianggap aneh adalah bahasa Gayo dari kabupaten Takengon, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Bahasa ini dianggap aneh karena pengucapannya yang sulit dan mendayu-dayu. Dalam perbedaan ini sering timbul konflik ejek mengejek antara siswa yang mayoritas bahasa aceh dengan minoritas bahasa daerah lain.
Dari permasalahan di atas, maka kami tertarik untuk melakukan aksi praktik baik yang bertema kebhinekaan personal dengan memahami bahasa daerah masing-masing lalu memahami keunikan bahasa daerah lain. Tujuan Praktik baik ini menumbuhkan dimensi Berkebhinekaan Global dengan elemen yang disasar mengenal dan menghargai budaya, mengkomunikasikan keunikan antar budaya, menumbuhkan rasa menghormati, rasa toleransi terhadap keanekaragaman budaya yang ada di Aceh. Harapannya setelah praktik baik ini dilakukan dapat merubah kesadaran peserta didik bahwa keberagaman itu adalah kekayaan bangsa kita.
Kebinekaan personal dimulai dari diri sendiri
Praktik baik ini dilaksanakan untuk peserta didik baru di kelas X awal tahun pembelajaran pada masa pengenalan lingkungan sekolah, waktu pelaksanaan selama satu minggu. Pada hari pertama tema yang disosialisasikan adalah berkebhinekaan Global yang disampaikan oleh saya sendiri dengan alur kegiatan dimulai dari diri sendiri, aktivitas, refleksi, menemukan konsep,dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan ini peserta didik diajukan pertanyaan pemantik yaitu (1) Pernahkah anak-anak ibu membayangkan jika dunia ini seragam? Misalnya bahasanya sama, sukunya sama, warna kulitnya sama, jenis kelaminya sama?. Dari pertanyaan ini diperoleh jawaban yang berbeda-beda dari peserta didik yaitu ada peserta didik yang menjawab tidak mungkin sama, jika sama jenis kelamin maka tidak ada perbedaan, begitu juga dengan warna kulit, bahasa, budaya, dan lainnya. Selanjutnya peserta didik diberikan aktivitas permainan game yaitu permainan mayoritas dan minoritas dimana saya menanyakan kepada peserta didik dengan pertanyaan apakah anak-anak berasal dari mayoritas suku aceh atau minoritas suku aceh, peserta didik menuliskan jawaban di kertas post it dengan jawaban dua pilihan yaitu mayoritas dan minoritas. Beberapa anak dalam kelompoknya menuliskan mayoritas, dan terdapat sedikit yang menuliskan minoritas. Berdasarkan alur permainan ini peserta didik diajak menonton video pendek yang berdurasi 8 menit penjelasan tentang gen yang terdapat pada diri kita masing-masing, ternyata isi video menjelaskan bahwa tidak ada satu manusiapun yang merupakan penduduk tetap di muka bumi ini, nenek moyang kita dahulu semuanya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa kita semua pendatang dimuka bumi ini. Tujuan dari permainan ini membuka wawasan peserta didik bahwa setiap individu saling menghargai atas perbedaan yang ada.
Jadwal hari kedua sosialisasi kebhinekaan indonesia yang diadopsi dari modul puspeka. Hari kedua diawali dengan aktivitas do’a bersama sebelum masuk kegiatan, lalu menyiapkan keadaan peserta didik dengan ice breaking dengan bersama-sama menyajikan lagu dimensi profil pelajar pancasila dimulai dari dimensi pertama beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis. Setelah selesai menyajikan lagu profil pelajar pancasila peserta didik dipersilahkan untuk duduk kembali dan mengkondisikan peserta didik dengan mengecek kehadiran. Fasilitator yaitu saya sendiri menjelaskan alur aktivitas pada kegiatan hari kedua yaitu sama dengan alur aktivitas hari pertama. Peserta didik diajukan pertanyaan pemantik dengan jenis pertanyaan terbuka seperti apa jadinya jika kita satu suku semua? Atau satu bahasa semua?, Peserta didik diberikan waktu berpikir sejenak lagu dipersilahkan menjawab, dari hasil jawaban siswa sangat beragam ada yang menjawab senang jika satu suku karena mudah memahami, ada yang menjawab harusnya banyak suku agar banyak ragam budaya, ada yang menjawab lebih suka satu suku agar mudah bergaul dan jawaban random lainnya. Dari hasil jawaban ini peserta didik diberikan aktivitas menonton video tentang ragam suku dan budaya yang ada di indonesia, dari video peserta didik diminta untuk menyimpulkan apa makna esensi video tersebut dan apa yang dapat kita terapkan konsepnya di kehidupan sehari-hari. Peserta didik tunjuk tangan dan memberikan kesimpulan bahwa banyak suku ternyata keberagaman harus disyukuri, itulah semboyan negara kita Tut Wuri handayani, walau berbeda-beda tetap satu juga
Aktivitas hari ketiga peserta didik diberikan sosialisasi kebhinekaan personal dimulai dari diri sendiri. Peserta didik dikondisikan oleh ketua kelas lalu melakukan do’a bersama menurut kepercayaan masing-masing dan mengecek kehadiran peserta didik sebelum memulai aktivitas seperti biasa. Saya selaku fasilitator memberikan arahan alur kegiatan hari ketiga dengan topik kegiatan berdamai dimulai dari diri sendiri, sebelum masuk kegiatan saya mengajukan pertanyaan refleksi apa saja yang masih membekas dalam diri dari kegiatan kemarin?. Beberapa peserta didik menjawab dengan antusias bahwa kegiatan kemarin belajar tentang ragam suku di indonesia. Pada kegiatan hari ketiga peserta didik dimulai dari pertanyaan pemantik yaitu apa yang memotivasi anak-anak kami untuk dapat bersekolah di SMA Negeri 3 Banda Aceh?, Banyak jawaban random yang diungkapkan peserta didik yaitu karena ikut teman SMP, karena SMA 3 keren, karena banyak ekskul di sekolah, karena ada club badminton, karena dipaksa orang tua, dan jawaban random lainnya. Lalu berdasarkan jawaban tersebut peserta didik diberikan aktivitas untuk mengenal diri sendiri dan menghargai diri sendiri, lalu menghargai sesama teman baik itu dilingkungan sekolah dan diluar sekolah. Dari aktivitas ini peserta didik menyimpulkan bahwa apapun yang menjadi perbedaan bukan halangan untuk meraih prestasi dan saling menghargai antar perbedaan tersebut.
Hari terakhir MPLS peserta didik diberikan kebebasan berkarya baik dalam bentuk tari, lagu, dan puisi dengan tema saling menghargai budaya. Peserta didik menentukan sendiri kelompoknya masing-masing dan diberikan waktu untuk mempersiapkan karya terbaik mereka yang akan dipersembahkan di acara penutupan MPLS dengan tema “gelar karya ragam budaya”. Tujuan dari gelar karya ini adalah menciptakan kerukunan dan keharmonisan antar sesama budaya melalui karya peserta didik, dan juga menumbuhkan rasa kolaborasi, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan rasa empati pada diri.
Beberapa penampilan peserta didik yaitu kolaborasi tari Ratoeh jaroe yang berasal dari banda aceh dan aceh besar, tari bines berasal dari daerah gayo, didong laut berasal dari daerah takengon, lalu ada persembahan drama sejarah rakyat aceh, dan ada juga yang menyanyi paduan suara menggunakan bahasa daerah. Ada yang paling menarik perhatian dari semua tampilan peserta didik yaitu satu salah satu kelompok yang terdiri dari suku jawa, batak, gayo, dan alas menggunakan bahasa daerah masing-masing dalam membacakan puisi di acara gelar karya dalam kegiatan penutupan MPLS Tahun Pelajaran 2024-2025.
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah seluruh peserta didik baru tahun pelajaran 2024-2025 yang berjumlah 360 yang dikelompokkan menjadi 10 kelas dan di dampingi oleh wali kelas masing-masing, Guru BK, serta fasilitator kelas yang telah disepakati pada rapat kepanitiaan MPLS. Para fasilitator sebelumnya sudah diberikan pemahaman penyamaan persepsi wawasan kebhinekaan global melalui pembelajaran topik-topik di PMM, Fasilitator juga diberikan kebebasan untuk mengembangkan materi sesuai karakteristik peserta didik di kelompok masing-masing.
Praktik baik ini dilakukan pada masa pengenalan lingkungan sekolah karena berdasarkan pengalaman tahun pelajaran 2023-2024 banyak terjadi kasus stereotip kelompok tertentu, yaitu siswa mayoritas bahasa aceh mengklaim bahasa daerah aceh lah yang paling istimewa dibandingkan bahasa daerah suku lainnya. Berdasarkan pengalaman ini, maka sosialisasi penyamaan persepsi terhadap peserta didik dilakuakn pada kegiatan MPLS. Melalui kegiatan MPLS praktik baik kebhinekaan dapat diwujudkan bersama-sama.
Perubahan yang paling kelihatan adalah kebebasan dalam berkarya
Kolaborasi melibatkan dari pihak sekolah yaitu kepala sekolah, Komite sekolah, guru BK, Wali kelas, Seluruh peserta didik baru dan Para fasilitator Wawasan Berkebhinekaan Global yaitu guru SMA Negeri 3 Banda Aceh. Pihak lain yang terlibat di luar sekolah yaitu Dinas pendidikan dalam hal ini kegiatan pembukaan MPLS dibuka oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan Aceh yaitu Bapak Martunis, S.T., D.E.A. Lalu pihak manajemen sekolah juga melibatkan kerjasama dengan Dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak untuk menyampaikan materi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak baik dilingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pemateri selanjutnya yaitu dari Balai Narkotika Nasional dengan materi bahaya narkoba dikalangan remaja, kemudian pemateri selanjutnya melibatkan dokter dan Psikolog dengan materi dampak dari seks bebas dikalangan remaja.
Perubahan yang paling kelihatan adalah kebebasan dalam berkarya membuat peserta didik menjadi bahagia penuh tawa dan candaan, namun demikian masih ada perdebatan kecil-kecil yang terjadi masalah tema tampilan yang akan dipersembahkan. Ada beberapa anak yang introvert dan pendiam sedikit susah untuk terbuka dan bergabung dengan kegiatan gelar karya karena susah bergaul dengan teman-teman kelompok lainnya, hal ini juga menjadi fokus perhatian kami sebagai guru di aktivitas selanjutnya yaitu pembelajaran tatap muka dikelas. Perubahan lainnya yang terlihat adalah sikap peserta didik yaitu lebih luas dalam pergaulan tanpa memilih teman-teman dari kelompok tertentu, namun demikian perubahan yang signifikan tidak begitu kelihatan, seperti perubahan tingkah laku dalam ejekan dari hasil sosialisasi kebhinekaan personal melalui puisi mari berkenalan. Secara keseluruhan peserta didik sangat antusias dalam acara penutupan MPLS karena ada tampilan persembahan dari beberapa kelompok yang bertema kebhinekaan.
Komunikasi positif terhadap temannya yang berbeda suku
Tantangan yang harus dihadapi guru adalah konsisten dalam melakukan perubahan dari hal-hal kecil, salah satunya tidak cukup sekali sosialisasi dalam mengimplementasikan berbagai bentuk kebhinekaan tetapi harus sering, konsisten, dan berulang sehingga membuka kesadaran peserta didik untuk saling menghargai, menghormati, dan toleransi terhadap perbedaan yang ada. Disisi lain tantangan lainnya adalah kesulitan dalam waktu pelaksanaan karena secara struktur kurikulum sudah mempunyai muatan intrakurikuler dan kokurikuler. Muatan intrakurikuler jadwal tatap muka per mata pelajaran dan kokurikuler jadwal projek penguatan profil pelajaran pancasila (P5), jadi untuk jawal penerapan kebhinekaan kami selipkan pada kegiatan MPLS di setiap tahunnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri seharusnya bisa diterapkan konsisten agar hasil yang diinginkan maksimal tercapai.
Solusinya melakukan pemantauan terhadap siswa yang masih belum terbiasa melakukan komunikasi positif terhadap temannya yang berbeda suku, berikan pemahaman tentang berkebinekaan termasuk perbedaan suku, budaya, dan bahasa yang sering terjadi perdebatan antara sesama peserta didik. Memberikan pemahaman di setiap masuk kelas pada awal aktivitas pembelajaran, mengemas pembelajaran dalam bentuk permainan dengan menyelipkan contoh-contoh kebhinekaan di lingkungan sekolah, mengenalkan berbagai macam budaya, adat-istiadat, bahasa, ras, suku, pakaian adat dan jenis makanan masing-masing daerah melalui eksplore dunia maya. Tujuannya agar generasi z sekarang memahami bahwa perbedaan adalah kekayaan bangsa kita sebagai bangsa Indonesia.
Praktik baik kebhinekaan sangat bermanfaat membuka wawasan peserta didik dalam hal menghargai perbedaan, saling menghormati, dan saling toleransi. Praktik baik ini juga dapat diterapkan oleh semua guru pada kelas nya masing-masing dengan cara mengadopsi video-video yang ada di youtobe puspeka ataupun dengan cara mengembangakn aktivitas sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik di kelas.
Untuk para guru bisa melibatkan rekan sejawat, melibatkan peserta didik sebagai aksi demonstrasi langsung baik di kelas pada saat jam intrakurikuler maupun jam projek kokurikuler, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai seperti sekolah yang ramah anak, sekolah yang aman, dan sekolah yang peduli perbedaan sehingga perlahan tiga dosa besar di lingkungan satuan pendidikan. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengajak semua guru dan elemen sekolah agar terlibat aktif sama-sama menciptakan lingkungan sekolah yang damai, aman, nyaman terbebas dari pembulian, pelecehan, dan intoleransi dalam segala perbedaan yang ada, karena sejatinya perbedaan adalah kekayaan bangsa indonesia. Untuk mewujudkan misi ini para guru harus bekerja sama dengan lingkungan sekitar dan pemerintah agar perubahan itu nyata untuk generasi sekarang dan yang akan datang.
Bersama-sama kita cegah intoleransi melalui praktik baik di lingkungan sekolah
Bagi seluruh guru yang ingin melakukan praktik baik kebhinekaan maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari referensi praktik baik, mempelajari alur minimal seperti START (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi, dan Tindak lanjut). Tetapkan tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik, siapkan modul atau alur aktivitas yang akan diterapkan di kelas masing-masing, susun skenarionya sesuai kebutuhan peserta didik lalu lakukan aksinya.
Bapak/ibu guru hebat di seluruh nusantara mari bersama-sama kita cegah intoleransi melalui praktik baik di lingkungan sekolah dengan tema kebhinekaan, aktif dalam melakukan sosialisasi produk-produk kebhinekaan, aktif dalam menyebarluaskan poster-poster kebhinekaan di media sosial, Video di youtube dan melakukan refleksi serta tindak lanjut agar bisa menjadi bahan evaluasi untuk penerapan-penerapan selanjutnya. Selamat mencoba bapak/ibu rekan guru hebat.
Bapak ibu guru hebat bisa menjadikan referensi tulisan praktik baik ini, lalu mengeksplorasi youtube puspeka, mempelajari topik-topik di PMM, yaitu topik Wawasan Kebhinekaan Global, Iklim Sekolah Aman Mencegah Intoleransi, dan memanfaatkan sumber referensi lainnya yang relevan dengan kondisi peserta didik.
Penulis : Oesea Sativa – Guru SMAN 3 Banda Aceh