Skip to content

Mengekspresikan Diri Dalam  Ragam Budaya di Sekolah

Profil Sekolah PAUD YPJ Kuala Kencana

Sekolah PAUD YPJ Kuala Kencana berada di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Siswa sekolah kami berdiri pada tahun 1996 bersamaan dengan berdirinya kota Kuala Kencana, sekolah ini diperuntukan putra/putri Karyawan perusahaan PT FI Indonesia, sehingga siswa kami sangat heterogen dengan berbagai budaya, berasal dari Sabang sampai Merauke berbeda di dalam komunitas ini. Kota Kuala Kencana seperti Indonesia kecil jika ada perayaan budaya seperti “Pesta Rakyat HUT RI “  maka akan sangat meriah dan adanya berbagai tarian dan baju daerah yang ditampilkan.

 

Kondisi keberagaman juga terasa sekali di sekolah kami hal ini menjadi kekuatan bagi sekolah dan juga menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik dan bagi siswa, apalagi pada anak usia dini kadang bahasa ibunya menggunakan bahasa daerah asal sehingga sebagai pendidik akhirnya mempelajari bahasa atau logat bahasa dari suatu daerah.

 

Sebagai pendidik di PAUD kamipun memberi contoh bagi peserta didik untuk menghargai dan menghormati dengan bertoleransi suatu keberagaman di dalam sekolah sehingga terjadi semangat kolaborasi dan profil kepedulian.

 

Sekolah PAUD Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ ), merupakan sekolah IB (International Baccalaureate) yang berada di Provinsi Papua Tengah dan kamipun menggunakan kurikulum nasional, sehingga cara pandang “ Internasional Minded” atau berwawasan Internasional juga dikenalkan kepada peserta didik yaitu memandang diri sendiri dan orang lain sebagai masyarakat global dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk memahami keragaman manusia, budaya, dan masyarakat di dunia sehingga dapat berkontribusi pada dunia yang lebih damai dan siswa terlibat dalam peristiwa yang dihadapi bersama seperti perayaan Global Play Day, Hari Bumi, Bulan Bahasa sehingga siswa terbiasa bekerjasama dan berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya sehingga membangun diri mereka memiliki pemikiran yang terbuka, berani mencoba hal-hal baru.

 

Tujuan Guru Memasukkan Mengekspresikan Diri dalam Keberagaman dalam pembelajaran

            Kami memasukkan keberagaman dalam pembelajaran di dalam sekolah bahkan masuk dalam tema pembelajaran Kami yaitu “ Bagaimana Kita Mengekspresikan Diri Kita Sendiri” kami sangat berharap siswa menjadi individu yang berwawasan luas dan mampu menjadi bagian dari masyarakat yang toleran terhadap keberagaman dan perbedaan yang ada di sekitar mereka, sehingga siswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang budaya lokalnya baik itu daerah Papua di mana mereka tinggal juga budaya dari daerah asal mereka seperti baju daerah, tarian, lagu,ataupun cerita daerahnya dan mengenal budaya global seperti kegiatan perayaan yang dilakukan bersama.

            Siswa dapat memahami pentingnya adanya keberagaman budaya sehingga mereka dapat belajar budaya orang lain dan bagaimana caranya beradaptasi dengan perbedaan budaya yang ada di dalam komunitasnya sehingga mereka mengembangkan sikap menghargai dan menghormati perbedaan budaya, keyakinan, serta latar belakang sosial. Siswa mampu bekerjasama dengan temannya dari berbagai budaya dan keyakinan yang berbeda. Terlebih mereka menyadari bahwa di dunia ini penuh dengan keragaman baik itu bahasa, budaya, cara mereka mengekspresikan diri sehingga menumbuhkan dalam diri mereka kunci keharmonisan dalam kehidupan adalah sikap berpikiran terbuka, kepedulian dan toleransi yang akan membuat diri kita berkembang dan melakukan proses perbaikan diri yang terus menerus.

 

Tema Pembelajaran yang mendukung keberagaman

            Pembelajaran tentang keberagaman tidak bisa hanya satu tema saja tetapi seluruh tema membahas tentang persamaan dan keberagaman yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan mereka akan saling mengisi. Karena kami berangkat dari keluarga yang berbeda sehingga setiap siswa membawa warisan budaya yang beragam dari rumah mereka mulai dari hiasan patung, kain batik yang bermacam-macam motifnya, hingga kain ulos.

            Perbedaan ini bukan hanya sebuah identitas tetapi merupakan potensi besar untuk menikmati pengalaman belajar karena mereka akan saling belajar antara satu dengan yang lain dan memahami keberagaman budaya di sekitarnya akan tetapi perbedaan ini dapat memunculkan masalah baru seperti adanya tindakan bullying kepada temannya seperti mereka mendengar kata “ Baju Bodo” dapat digunakan untuk ejekan. Kondisi inilah yang membuat sekolah harus hadir untuk menanamkan rasa hormat dan penghargaan terhadap budaya yang berbeda  yang akan diajarkan dari anak usia dini atau jenjang PAUD.

            Pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada materi akademis tetapi peningkatan kesadaran dalam diri siswa tentang lingkungan dan komunitasnya. Mereka belajar bagaimana mengekspresikan diri dan berbagi dalam suasana yang damai dalam komunitas. Selama satu tahun PAUD YPJ Kuala Kencana akan menggunakan empat tema yang saling berkaitan dan dimulai dengan tema yang dekat dengan siswa yaitu “ Siapa Kita “ , tema ini yang menjadi dasar karena siswa menyadari secara penuh bahwa dirinya berbeda dengan orang lain memiliki bakat dan kesukaan yang berbeda sehingga mereka memahami dan menyadari adanya persamaan dan perbedaan dan bagaimana dalam melakukan relasi dengan orang yang ada disekitarnya sehingga mereka menyadari adanya peran yang beragam dalam suatu komunitas dapat memperkuat nilai-nilai yang ada dalam komunitas sehingga megembangkan nilai-nilai kebhinekaan. Dilanjutkan tema : Bagaimana Kita Mengekspresikan Diri Kita disini siswa diajak untuk berpikiran terbuka melihat adanya persamaan dan perbedaan yang ada serta  berani ambil resiko untuk mengekspresikan dirinya untuk menunjukkan kepemilikan dari proses pembelajaran yang telah diikuti.

 

Kriteria sukses pembelajaran keberagaman budaya

             Kegiatan pembelajaran tentunya diawali dengan pembuatan Kriteria sukses dari proses pembelajaran yang dilakukan antara lain meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep bahwa setiap individu berbeda satu sama lain, baik dari segi fisik, cara pandang, maupun budaya. Proses ini dimulai dengan pengenalan diri sendiri, kemudian dilanjutkan dengan pemahaman terhadap orang lain, serta bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungan dan komunitasnya. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu menyadari bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat yang lebih besar dan berperan dalam menciptakan dunia yang lebih baik.

Diharapkan siswa mampu mengekspresikan diri terhadap pemahaman tentang pentingnya adanya keberagaman dalam suatu performance dan memiliki sikap toleransi serta hormat terhadap perbedaan yang dihadapinya.

            Sekolah memiliki tradisi yang kaya dalam memperkenalkan dan merayakan keberagaman budaya melalui kegiatan tahunan. Salah satu perayaan penting adalah Hari Kemerdekaan Indonesia yang dirayakan setiap bulan Agustus, di mana komunitas dan sekolah bersama-sama mengadakan berbagai permainan seru dan pawai meriah. Kemeriahan ini tidak hanya memperkuat rasa cinta tanah air, tetapi juga mengajarkan pentingnya kebersamaan dan semangat gotong royong.

Pada bulan Oktober, sekolah mengadakan Bulan Bahasa, sebuah perayaan yang menonjolkan keterampilan berbahasa dan literasi siswa. Aktivitas yang dilakukan sangat beragam, mulai dari bermain, menyanyi, face painting, hingga mengenalkan berbagai makanan tradisional bekerja sama dengan mitra wali orang tua menyajikan berbagai makanan tradisional dan diberi keterangan serta mereka mitra wali tersebut menjadi tenaga ahli untuk menjelaskan tentang makanan tradisional tersebut, bahkan siswa dapat memilih makanan tradisional yang ingin dimakannya. Setiap kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga kreativitas, kepekaan budaya, dan kemandirian siswa dalam mengungkapkan kemampuan literacynya dapat menggunakan bahasa verbal maupun non verbal seperti membuat mural dan lukisan yang bertema budaya.

 

Pada Perayaan hari besar agama seperti Perayaan Hari Natal dan Idul Fitri merupakan kegiatan tahunan di sekolah untuk dilakukan perayaan dan juga disertai kegiatan berbagi dengan teman yang membutuhkan berupa aksi nyata kami kepada lingkungan disekitar sekolah kami dengan memberikan sumbangan ke panti asuhan, sehingga nilai-nilai kepedulian, kebersamaan benar dilakukan secara nyata.

 

Hal yang menarik, seluruh kegiatan ini dirancang berdasarkan proses agensi siswa, di mana mereka berperan aktif dalam memberikan ide dan pendapatnya, kemudian mereka akan memilih, dan menentukan aktivitas untuk kegiatan bersama ini sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dari kelas Toddler sampai TK B. Hal ini menjadikan setiap perayaan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran yang mendukung pengembangan keterampilan sosial, manajemen diri siswa, dan pemahaman akan adanya budaya yang berbeda  secara holistik dan sesuai dengan kondisinya dilakukan dengan kegiatan bermain dan bergembira.

 

Hal yang menarik, seluruh kegiatan ini dirancang berdasarkan proses agensi siswa, di mana mereka berperan aktif dalam memberikan ide dan pendapatnya, kemudian mereka akan memilih, dan menentukan aktivitas untuk kegiatan bersama ini sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dari kelas Toddler sampai TK B. Hal ini menjadikan setiap perayaan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran yang mendukung pengembangan keterampilan sosial, manajemen diri siswa, dan pemahaman akan adanya budaya yang berbeda  secara holistik dan sesuai dengan kondisinya dilakukan dengan kegiatan bermain dan bergembira.

 

Kegiatan Provokasi Pembelajaran

Kali ini kami akan berbagi praktek baik dalam Tema “ Bagaimana Kita Mengekspresikan Diri Kita Sendiri”. Karena didalam tema ini banyak mengupas tentang budaya dan bagaimana mengekspresikan budaya tersebut karena pada akhir tema ini kami akan mengadakan kegiatan assembly yang mengundang orang tua, guru, dan komite untuk melihat kami mempresentasikan apa yang telah kami pelajari.

 

Guru ingin menumbuhkan rasa ingin tahu siswa yang kami sebut kegiatan provokasi dengan membuat meja eksplorasi kali ini kami menaruh benda budaya atau foto budaya, benda budaya tersebut antara lain tifa, kain ulos, baju kebaya, angklung, mainan congklak, barongsai dan diatas meja tersebut tertulis “ Apakah yang kamu tahu tentang benda ini ?” dan “Apa yang ingin tahu tentang benda tersebut? “.Tujuannya kegiatan ini menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga siswa antusias dalam belajar.

 

Pagi itu siswa tampak terkejut karena di kelas ada benda-benda budaya sehingga mereka mencoba untuk memainkan dan memakainya, ada beberapa siswa menjadi mentor bagi temannya dia menjelaskan cara bermain dengan benda tersebut dan menjelaskan dari mana benda tersebut berasal, seperti bermain congklak dia mempraktekkan dan mengajak temannya bermain bersama, menari baronsai dan memainkan cymbal untuk mengiringi mereka bermain dan menari baronsai dan menjelaskan kepada temannya asal dari benda tersebut, anak-naka tampak menikmati dan saling berbagi pengetahuan mereka sehingga kelas terasa riuh dan ramai dengan cerita dan musik dan yang asyik bermain tidak terganggu dengan musik yang didengarnya.

 

Kemudian guru membuka sesi diskusi dan menggunakan VTR “ See-Think-Wonder” atau “ Apa yang kami lihat-Pikirkan-ingin tahu “ membantu proses diskusi yang kami lakukan, siswa menggambarkan apa yang mereka lihat lalu mereka menjelaskan apa yang mereka pikirkan dan menanyakan apa yang mereka ingin tanyakan. Kegiatan ini ada siswa yang menggambarkan baronsai lalu dia menanyakan dari mana benda tersebut berasal mengapa bisa sampai ke Indonesia?  Kapan mereka menggunakan barongsai ? ada yang menanyakan tentang tifa bagaimana cara memukulnya dan dari kulit apa penutup tifa tersebut karena bermotif seperti kulit binatang ? Guru menuliskan dan kami akan mencari bersama dalam proses pembelajaran yang akan kami lakukan.

 

Kegiatan Pre-Assessment

Kegiatan Pre-assessment untuk siswa paud tentunya dengan cara yang dapat dilakukan oleh siswa sehingga dapat menggali pengetahuan awal dari siswa tersebut. Kali ini kami menggunakan kegiatan “ Show and Tell” dimana siswa akan membawa benda budaya dari rumah, akan menunjukkan dan mempresentasikan tentang budaya yang dia ketahui tentang budayanya dan teman-teman akan bertanya dan memberikan masukan terhadap presentasi yang dilakukan. Disini guru menilai  kepercayaan diri, kemampuan siswa dalam  mempresentasikan. Anak ini menceritakan tentang noken dari Papua yang berasal dari kulit kayu dan kegunaannya untuk membawa sayur, umbi, dan anak di dalamnya. Dia juga bercerita jika perempuan yang bisa membuat noken baru bisa menikah, wah ini menjadi diskusi yang seru di kelas. Membuat mereka ingin mengetahui cara membuat noken.

 

Proses Pembelajaran Keberagaman Yang Berpusat Kepada Siswa

Proses pembelajaran didalam kelas tentunya tak kalah serunya dengan kegiatan provokasi dan pre-assessment nya karena kami bersama-sama membangun pengetahuan dari siswa yang masih abstrak tentang budaya yang harus dikonkretkan dan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang ini, apalagi informasi yang didapat siswa saat ini banyak sekali sehingga kami menggunakan “ Lingkaran Konsentris” dengan 3 lingkaran yang berbeda, lingkaran kecil yang dekat dengan siswa, lingkaran yang sedang, lingkaran yang jauh dimana siswa menentukan budaya yang paling dekat dengan dia seperti budaya yang ada di rumahnya, budaya temannya yang rumahnya dekat dengan mereka,  budaya yang agak jauh yang mereka ketahui langsung seperti budaya lokal Papua, mereka ingin tahu tentang suku kamoro seperti apa rumahnya, cerita dari suku Kamoro, makanan tradisionalnya, rumah honai apakah sama dengan rumah suku kamoro, menanyakan apakah batu malin kundang benar ada ?, lingkaran luar atau yang  jauh dari siswa  seperti budaya global yang mereka ingin tahu seperti budaya sepak bola tentang FFA World cup, rumah Eglo apakah di dalam terasa hangat didalamnya, cerita tentang Barongsai dalam kegiatan ini siswa menggambar dan menuliskan yang mereka bisa dan guru menanyakan maksud dari gambar dan tulisannya.

Dari sini guru melakukan analisis tentang ketertarikan siswa, dan hal yang ingin dipelajari yang sesuai dengan tema pembelajarannya sehingga melakukan berbagai cara untuk mengakomodir bersama kegiatan dapat dilakukan dengan membaca buku, siswa mencari buku yang berhubungan dengan budaya dan pertanyaan yang mereka mengajukan, mereka menonton video tentang hal yang ditanyakan seperti video cerita noken, cerita malin kundang , barongsai.

            Siswa menanyakan bagaimana cara membuat tali dari kulit kayu dan bagaimana membuat noken sehingga kami mendatangkan “Expert Visit” dari mama pembuat noken dan belia menunjukkan bagaimana cara membuat tali dari kulit kayu dan melilitnya siswa dapat mempraktekkan membuat tali dari kayu tersebut, ternyata terbuat dari kulit kayu Pohon Genemo atau Pohon Melinjo. Lalu melilitkannya sehingga menjadi tali, dan menjalin menjadi noken kali ini siswa mencoba menjalin, dan ternyata susah tetapi mudah kalau melihat mama melakukannya dengan lincah dan rapi.  Ketika kegiatan refleksi muncul kembali pertanyaan siswa apakah tas noken hanya ada di Papua apakah ada tas seperti itu selain di Papua ? maka muncullah ada tas seperti itu dari Toraja kata anak dari Toraja ada yang bilang tas dari batik Jawa kata anak yang berasal dari Jawa, kemudian ada yang menambah dari kain ulos sehingga muncul rasa ingin tahu dari siswa kembali.

 

Saat tema ini muncul rasa ingin tahu tentang suku Kamoro sehingga guru berkolaborasi dengan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe  yang bekerjasama dengan suku Kamoro untuk mendatangkan orang suku Kamoro di sekolah saat itu dengan Ibu Luluk, kami harus melakukan informasi terlebih dahulu karena Suku Kamoro mereka pergi meramu untuk mencari sagu di hutan-hutan di daerah timika ini sehingga kami harus membuat janji dan tentunya harus mencari yang dapat mengkomunikasikan dengan siswa PAUD atau anak Usia Dini. Kegiatan “Ask The Expert” kali ini kami lakukan secara daring karena mereka ada di daerah bersyukur sekali kondisi internet sangat bersahabat saat itu. Sebelum kegiatan dimulai guru mengumpulkan pertanyaan dari siswa yang ingin menanyakan tentang suku Kamoro, dengan bantuan Ibu Luluk dan Ibu Lani sebagai perwakilan dari Yayasan mereka mengkomunikasikan dan membuat presentasi yang menarik buat anak-anak sehingga mereka dapat mengenal suku Kamoro dengan baik. Kegiatan ini sangat interaktif dimana siswa dapat bertanya langsung, mereka menjelaskan tentang dimana suku Kamoro, bentuk dari rumah suku Kamoro dan mengapa rumahnya tinggi karena terletak di daerah rawa dan mereka menceritakan bagaimana mereka mencari ikan, karaka, dan sagu.  Mereka menjelaskan juga tentang makanan suku kamoro, pakaian, dan lukisan wajahnya yang berbentuk tulang ikan, sikan, batu, dan karaka atau kepiting, siswa mempraktekkan cara melukisnya dan mereka mengajarkan tarian dan lagu sehingga siswa menari bersama. Siswa tampak senang dan antusias dalam mengikuti kegiatan ini dan muncul juga pertanyaan mereka tentang cerita yang berhubungan dengan sagu ternyata siswa tertarik membuat sagu, mereka menjawab tentang proses pembuatan sagu.

 

Selain budaya Papua siswa sangat tertarik dengan budaya dari sumatra seperti cerita Malin Kundang, mereka penasaran dan ingin tahu apakah cerita tersebut nyata atau tidak nyata sehingga kamipun mengadakan outing class kunjungan rumah ke salah satu orang tua yang berasal dari Sumatera untuk meminta kejelasan tentang cerita ini dan budaya yang ada di sana. Siswa mendapat penjelasan dengan jelas tentang budaya yang ada di sumatera yang ternyata beragam tidak hanya budaya batak tetapi ada budaya padang dan mereka mendapat penjelasan tentang cerita Malin Kundang bahwa disan ada batu yang Malin Kundang untuk menyatakan itu cerita benar terjadi semua dikembalikan kepada kepercayaan dari masing-masing individu, karena ini cerita legenda.

 

Selain itu kami mengundang orang tua menjelaskan budaya dari sulawesi karena pertanyaan tentang baju daerah yang disana dan orang tua ini mencerita cerita asal dari sulawesi, makanan tradisionalnya,baju daerah dan bahasa sulawesi yang berasal dari sulawesi yang ternyata ada suku bugis, suku toraja, menado wah banyak budaya yang dipelajari ya.

 

Semakin siswa menyadari bahwa Indonesia itu beragam budayanya dan mereka terlihat antusias dan sikap hormat terhadap keberagaman budaya dan orang yang memberikan presentasi dapat mereka ikuti dengan baik, saling menghargai tampak sekali anak-anak itu berpikiran terbuka dengan mencoba mengucapkan dari berbagai bahasa, mencoba makanan yang berbeda dari rumahnya.

PAUD YPJ Kuala Kencana bekerjasama dengan Sekolah Internasional Mount Zaagkam School, dengan belajar bersama seminggu sekali selama satu jam bersama guru bahasa Indonesianya dalam  tema ini, sehingga terjadi ketika performance mereka terlibat dan ikut dalam bermain peran. Siswa tampak senang mereka saling berbagi mainan dan bekerjasama dengan gaya dan bahasanya masing-masing tetapi mereka dapat saling memahami.

 

Pada proses pembelajaran ini siswa belajar tentang cerita  sehingga mereka mebuat cerita baik itu menggunakan gambar, dengan menggunakan VTR  Beginning-middle-end mereka mampu membuat cerita secara urut serta mengenal alur dari suatu cerita sehingga mereka menyadari didalam cerita tersebut terdapat tokoh di dalam cerita, latar belakang suatu cerita, pesan dari suatu cerita, tempat atau kejadian  sehingga mereka mempresentasikan dengan bermain puppet cerita daerah, membuat buku cerita besar yang berisi gambar suatu cerita yang mereka buat sendiri, membuat drama atau bermain peran dan mereka berlatih membuat ceritanya, dan yang membuat perdebatan adalah cerita tersebut termasuk cerita fiksi atau non fiksi hal ini mereka melakukan survey untuk menanyakan pendapat orang-orang yang ada di sekitarnya sehingga pembelajaran matematika mereka langsung pratekkan dengan melihat mana yang lebih banyak pendapatnya dan siswapun belajar berpikir kritis dengan memberikan alasan mengapa hal itu terjadi, misalnya survey cerita kemerdekaan Indonesia semua menyatakan bahawa itu cerita sebenarnya atau cerita non fiksi karena hasi9l surveynya 100 persen menyatakan cerita nyata.

Hanya saja kami tidak mendapatkan saksi hidup pejuang kemerdekaan untuk menjadi ask the expert untuk menceritakan cerita kemerdekaan yang di tanyakan oleh siswa.

Siswa bahkan mencari informasi dari buku yang ada di perpustakaan dan mencari cerita di internet dengan melihat videonya melalui you tube.

 

Ketika persiapan summative kami mengadakan diskusi apa yang akan mereka tampilkan untuk kegiatan celebration day, mereka mengusulkan drama, menari, puppet, dan menunjukkan hasil karyanya seperti gambar, craft, dan lukisannya. Nah yang membutuhkan persiapan adalah drama sehingga membutuhkan kerjasama dan latihan karena hal ini muncul dari siswa sangatlah enak mengerjakan.

Di kelas saya muncul cerita Malin Kundang , kami diskusi tentang siapa saja tokohnya, latar belakangnya, hal yang perlu disiapkan. Siswa membantu membantu membuat perlengkapan untuk drama seperti batu Malin kundang dengan menggunakan kertas dan diberi warna. Kapal Malin kundang merupakan bekas dekorasi dari gereja ekumene, kami bekerjasama denga komunitas untuk memintanya  lalu kami hias dengan menggunakan kertas dan dilukis oleh anak-anak.

 

Mereka juga berlatih dialog yang ada dengan logat dan bahasanya mereka lalu kami rekam . Siswa juga belajar menari ada tari Papua, sumatra dan beberapa daerah yang ada di Indonesia. Mereka juga menampilkan cerita barongsai untuk cerita dari luar negeri, mereka mengenal budaya cina seperti ampo dengan membuat kertas merah,  sehingga muncullah penampilan yang beragam yang diahiasi oleh dekorasi mereka mereka. Pada Hari penampilannya gedung tersebut terlihat penuh dengan warna dan hiasan sesuai dengan pembelajaran yang mereka lakukan didalam kelas mereka, ketika gladi bersih siswa terlibat dalam mendekorasinya dengan menaruh benda hasil karyanya akan dipasang dimana dan tentu saja melibatkan orang tua untuk membantu dekorasi. Kegiatan Celebration ini merupakan kegiatan dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa.  Siswa terlibat langsung dalam penampilan ini ada yang menjadi pembawa acara, ada yang menari, menyanyi, bermain drama.

 

Mengenalkan budaya tidak hanya mereka tahu akan adanya perbedaan tetapi bagaimana cara melakukannya dalam komunitas di sekitarnya  bagaimana cara berkolaborasi, bekerjasama, menghargai budaya dan cara yang berbeda. Mereka melakukan hal-hal kecil seperti mengucapkan salam dengan berbagai bahasa daerah dan bangga ketika bisa melakukan terlebih mereka mampu menampilkan suatu performance yang dapat dinikmati orang lain dan merayakan kebersamaan bersama.

Pada kegiatan sekolah para peserta didik diajarkan untuk menampilkan suatu performace berupa drama.

1) Drama dari papua Berjudul Ibuanari dan Sagu Bulan mereka membuat menara untuk mengambil bulan karena warna bulan seperti sagu, sayangnya mereka tidak mencapainya karena bulan terlalu tinggi. Semangat kebersamaan membangun dan sikap redah hati sangatlah penting dalam bekerjasama dalam tim dan komunitas itu pesan dari ceritanya.

 

2) Cerita dari Kalimantan dimana seorang anak yang malu terhadap kondisi orang tuanya dan tidak mau sayang kepada ibunya sehingga menjadi batu sehingga menumbuhkan sikap saling sayang dan peduli kepada orang lain terutama kepada orang tua, nah disini terlihat mereka membuat patung batu dari batu dan tampak senang melakukannya.

3) Cerita Malin Kundang dengan menggunakan barang bekas mereka ubah menjadi perlengkapan drama, anak mampu melakukan dialognya dengan baik karena mereka terlibat dalam proses pembuatannya dan mampu mengekspresikan dengan sangat baik dan sesuai dengan ceritanya. Pesan cerita ini adalah bagaimana  sikap anak kepada orang tua dan pentingnya menjadi anak yang semangat belajar dengan rajin tetapi harus ingat kepada orang tuanya dan orang disekitarnya.

 

4) Saat cerita legenda Nian siswa belajar tentang semangat berbagi dan bekerjasama untuk menentang kondisi yang tidak baik, sehingga harus peduli sesama kita yang membutuhkan.

 

Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan refleksi dari kegiatan ini dan mereka mampu mengungkapkan rasa senangnya belajar dalam tema ini dan senang mengenal berbagai budaya yang ada di Indonesia dan di dunia. Mereka ingin sikap toleransi dan damai selalu ada di manapun baik Di Indonesia ataupun di Dunia. Selamat Kami ingin mengajak Mari Kita Hidup dan Bekerjasama dalam perbedaan menjadi dunia yang lebih baik lagi.

 

Penulis : C. Ana Mukti Rahayu – Guru PAUD YPJ Kuala Kencana Timika

wpChatIcon
wpChatIcon