Jakarta, 26 Juni 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2025, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), kembali menampilkan tayangan edukatif bertajuk Ruang Bincang Karakter (Ruang BK). Sebagai bentuk keprihatinan terhadap penyalahgunaan narkoba dan dukungan terhadap gerakan internasional tersebut, Ruang BK kali ini mengangkat tema “Anak Indonesia Hebat, Berani Putus Rantai Narkoba”, talkshow ini dikemas dalam format sketsa ringan, sarat makna, dan informatif yang disiarkan secara daring melalui kanal YouTube Cerdas Berkarakter Kemendikdasmen RI.

Mengambil latar Ruang Bimbingan Konseling modern, Ruang BK memadukan unsur drama ringan, dialog reflektif, dan diskusi substansial bersama narasumber ahli. Dalam dua episode spesial HANI ini, Ruang BK tidak hanya membahas ancaman narkoba dari sisi penyalahgunaan, tetapi juga menyoroti pentingnya penguatan karakter, ketahanan psikologis remaja, dan pengembangan kebiasaan positif sebagai benteng utama pencegahan narkoba. Format ini diharapkan mampu menjangkau peserta didik, pendidik, orang tua, dan masyarakat umum secara luas.
HANI yang diperingati setiap 26 Juni menjadi momen reflektif untuk memperkuat komitmen bersama dalam memutus rantai penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Dengan mengusung tema besar nasional “Memutus rantai peredaran gelap narkoba melalui pencegahan, rehabilitasi, dan pemberantasan menuju Indonesia bebas narkoba,” HANI 2025 mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat aktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menggembirakan, sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Data BNN Ungkap Lonjakan Ancaman Narkoba pada Remaja: Saatnya Bergerak Bersama
Penyalahgunaan narkoba di kalangan anak dan remaja Indonesia terus menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Data terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap bahwa kelompok pelajar kini menjadi sasaran yang semakin rentan, seiring dengan terbukanya akses informasi melalui internet dan media sosial. Zat adiktif bahkan hadir dalam bentuk yang semakin sulit dikenali, menyusup ke ruang-ruang yang seharusnya menjadi tempat tumbuh dan belajar.
Episode pertama Ruang Bincang Karakter menghadirkan Eva Fitri Yuanita, Penyuluh Narkoba Ahli Muda dari Deputi Bidang Pencegahan BNN, yang memaparkan urgensi pencegahan narkoba berdasarkan data nasional terkini. Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba tahun 2023, yang dilakukan oleh BNN bekerja sama dengan BRIN dan BPS, tercatat sebanyak 3,6 juta penduduk usia 15–64 tahun menggunakan narkoba dalam 12 bulan terakhir. Yang paling mengkhawatirkan, usia inisiasi narkoba paling umum adalah 13–15 tahun, yaitu usia pelajar SMP hingga awal SMA.
Menghadapi kondisi ini, Eva menegaskan bahwa pendekatan pencegahan tidak bisa lagi bersifat satu arah. Anak-anak dan remaja harus diposisikan sebagai subjek aktif, bukan sekadar objek perlindungan. “Anak-anak ini perlu memiliki ketahanan diri yang baik, kepedulian terhadap sesama, dan sikap asertif untuk berani menolak ajakan yang berisiko. Pendekatan pencegahan tentu harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing, tetapi semangatnya tetap: mencegah sedini mungkin,” jelas Eva. BNN memandang generasi muda memiliki kekuatan untuk menyuarakan kampanye anti-narkoba secara lebih relevan dan membumi. Melalui pelatihan, program edukatif, dan pembentukan duta pelajar, mereka didorong untuk menjadi penggerak perubahan di lingkungannya masing-masing.

Dalam perbincangan tersebut, Eva Fitri juga menyoroti pentingnya sinergi lintas sektor dalam upaya pencegahan narkoba di lingkungan pendidikan. Ia menjelaskan bahwa BNN terus mendorong pendekatan promotif dan preventif yang menyasar peserta didik sejak usia dini, dengan menyesuaikan strategi edukasi pada setiap jenjang. Salah satu bentuk konkret yang telah dilakukan adalah kolaborasi bersama Kemendikdasmen, Kemenkes, KPPA, dan lembaga terkait dalam menyusun kurikulum penguatan karakter dan modul pencegahan narkoba yang relevan, kontekstual, dan aplikatif di lingkungan sekolah. Dengan integrasi materi ke dalam pembelajaran dan kegiatan non-akademik, diharapkan peserta didik tidak hanya memahami bahaya narkoba, tetapi juga memiliki kesadaran, keberanian, dan keterampilan untuk memutus rantai penyalahgunaan narkoba.
Bagi anak-anak dan remaja yang telah terjerumus, BNN menyediakan akses rehabilitasi yang bersifat holistik dan berjangka panjang. Rehabilitasi tidak hanya mencakup aspek medis, tetapi juga pendekatan psikososial, pendidikan, dan pengembangan keterampilan hidup. Tujuannya agar mereka dapat kembali ke lingkungan dengan kesiapan mental dan daya tahan diri yang lebih baik. Prinsip yang dipegang teguh oleh BNN adalah bahwa setiap anak berhak mendapatkan kesempatan kedua, apalagi ketika masa depan mereka masih terbentang luas dan penuh potensi.
Strategi Mencegah Narkoba dari Dalam Diri dengan Penguatan Karakter
Sementara itu, episode kedua menghadirkan dua narasumber yang memberikan perspektif mendalam terkait upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dari sisi psikologis dan pendidikan karakter. Psikolog Irma Gustiana membahas lebih dalam tentang kondisi psikologis remaja masa kini. Menurutnya, tidak sedikit remaja yang memilih pelarian ke arah pergaulan negatif seperti penyalahgunaan narkoba karena merasa tidak mendapatkan penerimaan dari lingkungan terdekatnya, terutama dari keluarga. Dalam masa transisi dan pencarian jati diri, mereka membutuhkan ruang aman untuk dipahami, bukan dihakimi. Oleh karena itu, peran keluarga yang suportif, lingkungan sekolah yang positif, serta komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua menjadi pondasi penting dalam membangun daya tahan psikologis remaja. Irma juga menekankan perlunya penguatan keterampilan asertivitas, yaitu kemampuan untuk menyatakan pendapat dan menolak tekanan dengan percaya diri, sebagai bekal penting bagi anak-anak dan remaja agar berani berkata “tidak” pada ajakan negatif dari lingkungan sekitarnya.
“Salah satu tantangan terbesar bagi usia remaja yang sedang mencari jati diri dan membutuhkan validasi adalah kesulitan untuk bilang tidak pada ajakan negatif dari teman-temannya. Perlu sekali mengajarkan kepada anak-anak untuk berkata “tidak” tanpa takut dikucilkan dan kehilangan relasi sosial dari teman sebayanya. Peran orang tua dan guru juga sangat besar sekali untuk bisa mendukung dan membangun daya tahan psikologis yang baik”. ungkapnya.
Sebagai penutup, Kepala Pusat Penguatan Karakter, Rusprita Putri Utami, menggarisbawahi pentingnya menanamkan pendidikan karakter dan kebiasaan hebat sejak dini sebagai benteng terhadap penyalahgunaan narkoba. Cita-cita bersama bangsa Indonesia adalah membentuk generasi muda yang sehat, cerdas, dan berkarakter, sebagai bagian dari upaya mewujudkan bangsa yang maju dan kuat. Hal ini sejalan dengan visi Presiden terkait pembangunan sumber daya manusia yang bebas dari pengaruh negatif, termasuk narkoba.

Ia menyampaikan bahwa melalui Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, Kemendikdasmen ingin membentuk rutinitas harian yang sehat, spiritual, produktif, dan bermakna. Kebiasaan seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat, Jika dibudayakan secara konsisten sejak dini, nilai-nilai tersebut akan membentuk kepribadian yang tangguh dan akan membentuk peradaban bangsa Indonesia yang maju.
Keberhasilan dalam memutus mata rantai penyalahgunaan narkoba, juga bergantung pada sinergi bersama terutama catur pusat pendidikan: keluarga, sekolah, masyarakat, dan media. Peran aktif seluruh pihak sangat penting dalam membangun penguatan karakter anak.“Semua pihak perlu terlibat dan menjadi aktor kunci dalam penguatan karakter anak-anak Indonesia. Dengan karakter yang kuat, kita bisa bersama-sama memutus rantai penyalahgunaan narkoba,” tegas Rusprita. Talkshow ditutup dengan semangat bersama seluruh narasumber: “Anak Indonesia Hebat, Berani Putus Rantai Narkoba!”. (Pusat Penguatan Karakter)